13 Januari 2009

Titik Balik

Bukannya aku menemukan titik balik atau apa. Tapi titik balik seorang teman mungkin sedikitnya mendekatkanku dalam pencarian ini.

Dia mengalami titik balik beberapa hari yang lalu. Istilah kerennya altering point. Dan dia mengambil keputusan bahwa sudah waktunya dia berubah, dan menentukan jalan hidup yang lebih serius. Dan dampaknya, dia harus angkat kaki dari komunitas kami, radio Untar.

Aku baru tahu tadi. Di conference room yang padat, di mana semua orang berebutan bicara, dan dia sedang memberi nasehat pada masing-masing kami.

Jangan bayangkan dia itu sudah berumur kepala tiga. Tapi dia memang paling "dituakan" di antara kami. Gara-gara sikapnya yang seperti bapak-bapak. Untung penampilannya terselamatkan oleh pacarnya (yang juga bertemu di radio ketika pertama kali bergabung =P).

Kukatakan padanya, di sela-sela tangis teman-teman yang lain. Ini bukan perpisahan untuk selamanya. Memang dia sekarang harus kerja. Memang bakal jarang main ke radio. Tapi kita masih bisa bertemu lagi kan. Tapi dalam semangat bermellow ria, ayo kita ikut mengenang, kenangan selama bersama-sama di radio. YIhaaa......

Tapi posting ini bukan tentang dia (sorry ya Le..=P)

Ini tentang aku.

Bicara soal titik balik, curhat-curhat berkepanjangan, tanpa disangka aku bisa menyalurkan gumpalan kata-kata yang bercokol di benakku belakangan ini. Sungguh...walaupun hanya melalui tuts-tuts keyboard, di tengah conference room di mana hanya tersisa tiga orang yang aktif termasuk aku, kelegaan itu menyusup di hati. Dan semoga bertambah besar....


Aku yang sedang hilang rasa.

Aku yang bingung mau jadi apa.

Aku yang ketakutan.

Aku yang setelah dianalisa oleh temanku si psikolog itu, ternyata (memang) mengalami gejala depresi ringan.



Tapi sekarang aku ingat untuk bernapas lagi.

Aku ingat untuk tersenyum lagi.

Aku bisa berusaha keras lagi.

Aku bisa berhasil menjadi tidak hanya satu, tapi semua impian yang terus meracuni pikiran ini.

Aku ingat, hidup itu harus dinikmati.


Jadi, Jaya...tutup mulut, dan nikmati saja hidup ini. Hahaha....

1 komentar:

dian rose mengatakan...

haha.. psikolog ya??
saya masih calon neng..
waduh imannya gede banged..
gw dah dibilang psikolog..
makasih ye fen...