30 November 2008

Racun Waktu

Terbalik...
Sore jadi pagi
Senja jadi siang
Malam jadi sore
Dini jadi senja
Pagi jadi malam
Siang jadi dini
Sore...
Senja...
Malam...
Dini...
Pagi...
Siang...
Sore...
...
..
.
.
.
.
Waktu...
Racun...

27 November 2008

Ketika bersedih...

Terdiam
Linglung
Marah
Melayang
Pikiran kacau
Hati berkhianat
Tubuh merinding, meringkuk, lemas
Dingin
Air mata mengalir, sedikit membasahi bantal, tapi hati kebanjiran
Perih
Sakit
Sialan...!!
Cepatlah berlalu
Agar aku kembali jadi aku


*terinspirasi dari...

You are not what you seem to be in moments of sadness.
You are better than that.


-Paulo Coelho-

21 November 2008

Aku Ada...

Melukiskanmu saat senja.
Memanggil namamu ke ujung dunia.
Tiada yang lebih pilu. Tiada yang menjawabku.
Selain hatiku dan ombak berderu.

Di pantai ini kau s'lalu sendiri.
Tak ada jejakku di sisimu.
Namun saat kutiba. Suaraku memanggilmu.
Akulah lautan. Ke mana kau s'lalu pulang.

Jingga di bahuku. Malam di depanku.
Dan bulan siaga sinari langkahku.
Ku terus berjalan. Ku terus melangkah.
Kuingin kutahu. Engkau ada.

Memandangimu saat senja.
Berjalan di batas dua dunia.
Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu.
Selain hatiku. Andai engkau tahu.

Di pantai itu kau tampak sendiri.
Tak ada jejakku di sisimu.
Namun saat kau rasa. Pasir yang kau pijak pergi.
Akulah lautan. Memeluk pantaimu erat.

Jingga di bahumu. Malam di depanmu.
Dan bulan siaga sinari langkahmu.
Teruslah berjalan. Teruslah melangkah.
Kutahu kautahu. Aku ada.


Dewi Lestari ft. Arina Mocca
Rectoverso


*
Aku ingin jadi lautan...
*Aku ingin bertemu lautan...

19 November 2008

Hujan...


Aku melihat tetesan air mata langit
Jatuh dan tergenang di bumi
Sebelum bergerak ikut gravitasi

Aku mendengar gemericik air
Saat dia menyentuh permukaan
Dan memainkan sebait simfoni

Aku menghirup sensasinya
Lembab dan basah
Bersama sekejap kesedihan yang dia bawa

Aku menyentuh dunia itu
Dan aku ingin hanyut
Agar dunia itu tak hanya tersentuh
Tapi terasa

18 November 2008

Sakitku dan Senyummu

Sakitku...perih dan pedih...terasa di seluruh ragaku.
Tidurku terlewati, mimpi terlupakan.
Semua demi melaksanakan yang kamu mau.

Tapi pagi ini, setelah penat melalui perjalanan jauh dan berliku...
Aku melihat senyummu, dan sekejap lelahku terangkat.
Kau begitu bahagia melihatku, dan pekerjaanku tentunya.
Maka aku ikut bahagia, karena kutahu yang kulakukan berarti.

Sayang...penatku kembali lagi di siang hari.
Bersama seluruh sakit di ragaku.
Walau tidak lagi sepenat pagi.

Sing with me...

Little alien in the dark
Wonder why she's glowing bright
Like the little children eyes
When they play with dragonflies

Little alien in the dark
Wonder why she's glowing bright

Music : Twinkle Twinkle Little Star
Lyrics : fny_w

17 November 2008

Teman?Ku?

Sekarang ini aku sedang merasakan perasaan benci pada diriku sendiri. Kenapa?

Karena aku iri pada temanku.

Iri. Cemburu. Sirik. Sebut saja...karena itu memang yang sedang kurasakan.

Baru saja blogwalking ke beberapa blog teman lama, melihat-lihat profil Friendster, dan perasaan itu muncul begitu saja.

Aku iri karena hidup mereka rasanya lebih menarik daripada aku.
Aku iri karena mereka punya tujuan hidup yang jauh lebih jelas daripada aku.
Aku iri, terutama karena mereka begitu menghargai sahabat mereka.
Dan karena sahabat mereka mencintai mereka.

Aku (dan selalu Aku) terlalu egois untuk menghargai sahabat-sahabatku. Ataukah pernah mereka kuanggap sahabat? Perasaan itu...aku tidak mengerti.

Aku (lagi-lagi Aku) tidak mengerti bagaimana merasakan cinta. Walaupun seseorang begitu berarti untukku. Aku hanya tidak tahu, tidak mengerti.

Tapi Aku (siapa Aku??!!) ingin dicintai, ingin dihargai, ingin diperhatikan.

Perasaan ini tidak berujung.

Hei...kau yang kuanggap sahabat.
Maaf kalau aku sempat meragukanmu.
Maaf tidak berbuat yang terbaik untukmu.
Maaf karena melupakan...kau memang yang terbaik.

07 November 2008

Apa perasaan itu masih di sana?

Minggu lalu aku sakit hati, terluka, berdarah
Minggu ini aku tidak yakin
Si sahabat bilang begini
*melalui messenger yang sudah tidak aku percaya sebagai pembawa pesan
Katanya
Pertengkaran ini mungkin adalah sebuah fase
Karena sebentar lagi kami lulus
Dan tidak akan bertemu sesering sekarang
Supaya kami tahu, bagaimana rasanya bertengkar, marah satu sama lain
Dan dia minta maaf
Untuk semua shout out yang dilontarkannya

Aku tidak membalas
Sederhananya, aku tidak ingin membahas itu lagi

Aku tidak yakin apa itu benar
Mengenai fase-fase yang harus kami lewati
Mungkin iya karena memang selama ini kami tidak pernah sampai seperti ini
Aku memaafkan dirinya
Dan aku memaafkan diriku
Tapi aku tidak yakin
Apa perasaan itu masih di sana?

Aku masih bertemu sahabat
Kami bercanda dan tertawa
Tapi ada sesuatu yang telah hilang
Aku jadi berhati-hati
Dan aku menghindar

Aahh... aku bingung
Kenapa kini aku yang mempertanyakan?
Kenapa kini aku yang ingin meninggalkan?
Perasaan itu terganti rasa bersalah lain
Yang selalu datang mengusik tak mau pergi
Bersalah karena tidak dapat menjawab pertanyaannya
Apakah kita masih teman?

01 November 2008

Surat untuk Sahabat

Dear Sahabat,
Sulit rasanya untuk mengatakan ini semua langsung kepadamu. Karena sekarang kamu benci aku. Itu tak mengapa karena memang salahku. Tapi sungguh sayang kalau hatimu yang baik bagai malaikat kini penuh kebencian.

Aku ingin mengatakan, sungguhlah kekanak-kanakan karena kebencianmu tidak langsung ditujukan padaku. Tapi kamu membunuhku pelan-pelan lewat shoutout di Friendster-mu serta Personal Message di MSN Messenger. Kau teriakkan ini dan itu yang bahkan aku tidak mengerti sampai aku mendengarnya dari orang lain. Hingga ingin aku berteriak keras-keras dan membalas, siapa kamu dan apa yang kamu lakukan terhadap sahabatku?!

Ingin kuberitahu padamu, ketika personal message ku berkata bullshit, percayalah itu bukan ditujukan padamu, hanya kepada kehidupanku pada umumnya. Kupikir tidak perlu kujelaskan waktu itu karena kuyakin kau mengerti.

Ketika aku berkata "berpikir 3x", yang kumaksudkan adalah aku memang berpikir 3x ketika aku akan berpikir negatif tentangmu. Terus menerus meyakinkan diriku, ah pasti dia punya alasan lain.

Ketika aku mengatakan aku kecewa, aku sungguh-sungguh. Tapi apa hakku mengubah pikiranmu? Toh pikiran manusia adalah hak masing-masing tiap pemiliknya.

Dan aku sakit hati. Sungguh. Hingga ke lapisan paling dalam. Karena tidak menyangka. Tidak menduga. Maafmu sudah habis untukku.

Karena itu, sekarang ingin sekali kutanyakan padamu. Apa yang kauinginkan selanjutnya? Karena sejujurnya, aku lelah bersahabat dengan seseorang yang kini mengecamku dari dasar hatinya. Aku menginginkan engkau yang dulu yang selalu ada dan mengerti. Tapi mungkin ini karena tiap manusia berubah, aku berubah, kau juga.

Aku bertanya, mau dibawa ke mana persahabatan kita selama 6 tahun? Apakah ingin kau pertahankan? Atau ingin kau hempaskan? Terserah. Aku akan sangat terluka. Karena aku lebih membutuhkanmu dibandingkan kau butuh aku. Aku akan berdarah-darah. Tapi aku tidak akan menangis. Aku tidak akan mati. Aku akan terus hidup.

Tangisanku tentangmu tidak pernah tangis kesedihan, wahai sahabat. Karena aku hanya menangisi rasa syukurku karena pernah mengenalmu. Mungkin memang waktunya jalan kita bercabang sekarang. Tapi rasa syukur ini karena bersamamu sama sekali tidak akan kulupakan. Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih. Dan sekali lagi maaf, karena aku belum bisa menjadi sahabat terbaik untukmu.

-fny_w-

Kecewa

Hancur...
Rasanya baru sadar dan menyesal
Tapi perasaan yang paling menghantui adalah kekecewaan
Aku tahu ini tidak mudah
Hanya saja...
Setelah sekian lama...
Apakah aku masih harus mengemis maaf?
Dari seseorang yang kuanggap teman terbaikku
Dan dia juga yang langsung berpikir buruk tentangku
Dan dia juga yang mengumumkannya pada seluruh dunia

Hebat...
Kau memang hebat...
Baru saja kupikir semua sudah selesai
Kau ungkit yang lalu dan kobarkan amarahmu sendiri
Ya. Kau marah padaku
Tapi bukannya kau tujukan langsung padaku
Kau diamkan dan pendam untuk orang lain
Kau hanya tinggalkan aku sendiri
Tanpa aku mengerti

Aku punya banyak kekurangan
Yang kupikir kau mengerti
Tapi ternyata tidak
Karena aku tidak mengenal dirimu yang kini
Dan rupanya kau sudah mengambil keputusan
Aku ini tidak ada apa-apanya untukmu

Kau tahu...
Langit meneteskan air mata yang tidak dapat mengalir
Begitu sulitnya membiarkan diriku menangis
Karena dibandingkan sedihku
Kecewaku telah menghancurkan hatiku
Berkeping-keping sampai tak bersisa
Aku kecewa...
Padamu...
Padaku...