31 Maret 2011
24 Maret 2011
23 Maret 2011
Nostalgila kampus
Hari ini saya kembali ke kampus lama, setelah mungkin satu tahun tidak menginjakkan kaki ke sana. Tujuannya adalah untuk mengeprint di samping kampus yang harganya lebih murah. =P
Rasanya aneh. Kembali ke kompleks yang dulu begitu akrab selama kurang lebih empat setengah tahun. Tempat-tempat biasa menghabiskan waktu berjam-jam sekedar mengobrol. Langganan makan siang. Bahkan angin yang berhembus kencang di depan. Serasa dekat, tapi juga jauh.
Lebih aneh lagi melihat mahasiswa yang terasa jauh lebih banyak dibandingkan dulu. Apa mungkin karena saya bukan lagi salah satu dari mereka? Saya bertanya-tanya, apakah mereka ini, yang merokok di pojok sana, yang tertawa di pojok sini, yang terlihat stres, apakah mereka tahu hidup seperti apa yang menanti setelah tidak lagi menyandang predikat mahasiswa?
Rasanya saya greget sendiri. Saya ingin bilang ke mereka, mumpung masih muda, mumpung masih mahasiswa, coba hal baru sebanyak-banyaknya, cari pengalaman segila-gilanya. Live your life tho the fullest! Find your true passion! Hidup itu seharusnya lebih berkesan daripada sekedar ada tugas apa minggu ini. Karena lima tahun lagi, kamu tidak akan ingat tugas kamu hari ini. Yang kamu ingat adalah antrian panjang ketika print, teman sekelompok yang sama-sama tidak tidur mengerjakan tugas, dan dosen yang selalu menggerutu. Dan harusnya tidak sekadar itu.
Mungkin kamu sempat magang di salah satu konsultan ternama. Mungkin kamu mengadakan pentas seni yang mengundang bintang tamu terkenal. Mungkin kamu dapat beasiswa ke luar negeri. Mungkin kamu memenangkan sebuah kompetisi. Because that hard work is worth it !
Just imagine all these possibilities. And I wish, there was someone told me that, so my memory of college life more than just average.
PS : of course thanks to all voms crews, my college life was very fun. Lucky to have you. =)
Rasanya aneh. Kembali ke kompleks yang dulu begitu akrab selama kurang lebih empat setengah tahun. Tempat-tempat biasa menghabiskan waktu berjam-jam sekedar mengobrol. Langganan makan siang. Bahkan angin yang berhembus kencang di depan. Serasa dekat, tapi juga jauh.
Lebih aneh lagi melihat mahasiswa yang terasa jauh lebih banyak dibandingkan dulu. Apa mungkin karena saya bukan lagi salah satu dari mereka? Saya bertanya-tanya, apakah mereka ini, yang merokok di pojok sana, yang tertawa di pojok sini, yang terlihat stres, apakah mereka tahu hidup seperti apa yang menanti setelah tidak lagi menyandang predikat mahasiswa?
Rasanya saya greget sendiri. Saya ingin bilang ke mereka, mumpung masih muda, mumpung masih mahasiswa, coba hal baru sebanyak-banyaknya, cari pengalaman segila-gilanya. Live your life tho the fullest! Find your true passion! Hidup itu seharusnya lebih berkesan daripada sekedar ada tugas apa minggu ini. Karena lima tahun lagi, kamu tidak akan ingat tugas kamu hari ini. Yang kamu ingat adalah antrian panjang ketika print, teman sekelompok yang sama-sama tidak tidur mengerjakan tugas, dan dosen yang selalu menggerutu. Dan harusnya tidak sekadar itu.
Mungkin kamu sempat magang di salah satu konsultan ternama. Mungkin kamu mengadakan pentas seni yang mengundang bintang tamu terkenal. Mungkin kamu dapat beasiswa ke luar negeri. Mungkin kamu memenangkan sebuah kompetisi. Because that hard work is worth it !
Just imagine all these possibilities. And I wish, there was someone told me that, so my memory of college life more than just average.
PS : of course thanks to all voms crews, my college life was very fun. Lucky to have you. =)
22 Maret 2011
I don't get it...
You're poor, barely have money for food, and go to school just a faraway dream,
but you smoke cigarettes.
You're covered from head to toe, said it's a calling, and act like a saint because of that,
but you easily throw trashes on the street.
You're wearing uniform, and take pledges to serve your country and the people,
but you corrupt.
Sometimes...
I just don't get it.
I just don't get it.
19 Maret 2011
1. Banyak kerjaan di awal minggu, kosong sama sekali di akhir =P
2. Find myself very easily bored if I ain't got nothing to do
3. Menyampul sejumlah novel dengan sampul plastik
4. Mencoba makanan Korea di restoran Korea asli! Yeah...! Korean BBQ, yummy..!
5. Gagal mencoba Magnum Cafe
6. Pertama kali hang out di 7 Eleven, walaupun cuma sebentar, hihihi...
7. Hampir mencoba membuat brownies, tapi terlalu malas menyiapkan bahan
8. Hampir menyelesaikan pekerjaan desain pertama, yihaaa...
9. Rajin mengupdate blog tetangga
10. Dua minggu terakhir Maret, dan agenda yang pasti cuma rencana makan-makan, hahaha...
~o~v
2. Find myself very easily bored if I ain't got nothing to do
3. Menyampul sejumlah novel dengan sampul plastik
4. Mencoba makanan Korea di restoran Korea asli! Yeah...! Korean BBQ, yummy..!
5. Gagal mencoba Magnum Cafe
6. Pertama kali hang out di 7 Eleven, walaupun cuma sebentar, hihihi...
7. Hampir mencoba membuat brownies, tapi terlalu malas menyiapkan bahan
8. Hampir menyelesaikan pekerjaan desain pertama, yihaaa...
9. Rajin mengupdate blog tetangga
10. Dua minggu terakhir Maret, dan agenda yang pasti cuma rencana makan-makan, hahaha...
~o~v
14 Maret 2011
Do You Know TED?
10 Maret 2011
Iwan Setyawan - 9 Summers 10 Autumns
Kenapa saya memilih membeli buku ini? Sederhana. Karena buku ini “jualan” dengan tagline “Kisah anak sopir angkot yang menjadi direktur di New York City”. Dan saya lagi butuh inspirasi/motivasi. Hehehe..
08 Maret 2011
The Time
After a year calling myself a freelancer, I remember saying that the financial side from my job won't be differ too much from regular office hour. You got a lot of projects this month, but maybe none at all next. So it leaves you with average paycheck each month, maybe more if you spend less.
I remember saying the most benefit from freelancing is time. Despite the challenge to arrange my schedule for actual work and meeting, and try not to overwork in once (don't procastinate, self!), I still manage to have some spare time. But, the weird thing is, why people never ask what do I use that time for.
I remember saying the most benefit from freelancing is time. Despite the challenge to arrange my schedule for actual work and meeting, and try not to overwork in once (don't procastinate, self!), I still manage to have some spare time. But, the weird thing is, why people never ask what do I use that time for.
05 Maret 2011
Berhadapan? Atau bersebelahan?
Kalau kamu sedang makan berdua dengan teman, atau pacar, apakah kamu biasa duduk berhadapan dengan dia? Atau bersebelahan?
Belakangan ini saya sering memperhatikan reaksi saya sendiri kalau sedang makan berdua di luar. Acara makan ini bisa dengan teman atau klien *sayang pacar belum punya =P*. Saya merasa ada perbedaan ketika saya duduk berhadapan dan bersebelahan, walaupun makan dengan orang yang sama.
Sebagai makhluk yang suka quality time, waktu makan dan ngobrol panjang sesudahnya adalah favorit saya. Terutama ketika membicarakan aktivitas sehari-hari sampai bercanda yang tidak penting.
Saya merasa ketika duduk berhadapan, saya merasa lebih canggung untuk ngobrol. Mungkin karena keharusan menjaga kontak mata, mungkin karena saya merasa dilihat secara seksama, atau mungkin saja dia malah tidak memperhatikan saya, mungkin saya merasa jauh walaupun si teman makan cuma terpisahkan oleh meja.
Lain halnya ketika duduk bersebelahan. Saya merasa lebih nyaman karena saya melihat ke depan dan hanya sekali-sekali melihat ke sebelah. Sambil berbicara, saya bisa mengeksplor sekitar saya dan tahu bahwa teman saya melihat situasi yang sama. Saya bisa tertawa karena satu hal, dan dia lebih mudah mengerti apa yang saya tertawakan. Karena pada saat itu, kami melihat dunia dari sisi yang sama. And that way, somehow I feel more relax.
Weird? I think so. Hahahaha... Dari sini, saya memperhatikan lagi reaksi saya kalau sedang makan ramai-ramai. Duduk di sebelah orang yang tidak saya sukai bisa merusak mood makan. Sementara kalau di hadapannya, saya bisa tidak peduli padanya sepanjang malam, dan saya akan baik-baik saja. Hal ini benar-benar terjadi pada kasus orang yang sama. Boleh percaya, boleh tidak.
Jadi, coba kamu perhatikan. Apa kamu tipe bersebelahan? Atau berhadapan?
Belakangan ini saya sering memperhatikan reaksi saya sendiri kalau sedang makan berdua di luar. Acara makan ini bisa dengan teman atau klien *sayang pacar belum punya =P*. Saya merasa ada perbedaan ketika saya duduk berhadapan dan bersebelahan, walaupun makan dengan orang yang sama.
Sebagai makhluk yang suka quality time, waktu makan dan ngobrol panjang sesudahnya adalah favorit saya. Terutama ketika membicarakan aktivitas sehari-hari sampai bercanda yang tidak penting.
Saya merasa ketika duduk berhadapan, saya merasa lebih canggung untuk ngobrol. Mungkin karena keharusan menjaga kontak mata, mungkin karena saya merasa dilihat secara seksama, atau mungkin saja dia malah tidak memperhatikan saya, mungkin saya merasa jauh walaupun si teman makan cuma terpisahkan oleh meja.
Lain halnya ketika duduk bersebelahan. Saya merasa lebih nyaman karena saya melihat ke depan dan hanya sekali-sekali melihat ke sebelah. Sambil berbicara, saya bisa mengeksplor sekitar saya dan tahu bahwa teman saya melihat situasi yang sama. Saya bisa tertawa karena satu hal, dan dia lebih mudah mengerti apa yang saya tertawakan. Karena pada saat itu, kami melihat dunia dari sisi yang sama. And that way, somehow I feel more relax.
Weird? I think so. Hahahaha... Dari sini, saya memperhatikan lagi reaksi saya kalau sedang makan ramai-ramai. Duduk di sebelah orang yang tidak saya sukai bisa merusak mood makan. Sementara kalau di hadapannya, saya bisa tidak peduli padanya sepanjang malam, dan saya akan baik-baik saja. Hal ini benar-benar terjadi pada kasus orang yang sama. Boleh percaya, boleh tidak.
Jadi, coba kamu perhatikan. Apa kamu tipe bersebelahan? Atau berhadapan?
01 Maret 2011
Meg Cabot – Size 12 is Not Fat
Judul novel ini membuat saya bertanya-tanya seberapa besar sih ukuran 12 itu? Well, menurut Heather Wells, si tokoh utama, itu adalah ukuran rata-rata wanita Amerika. Lalu apa hubungannya dengan cerita ini?
Langganan:
Postingan (Atom)