31 Desember 2008

Sebuah Kejutan

“SURPRISE!!!”

Marcel tercengang.

Bagaimana tidak? Dia baru saja mengumpat dalam hati. Ini hari Sabtu dan dia harus lembur. Toko retail perusahaannya harus dibuka hari ini juga padahal masih banyak masalah teknis. Sialnya itu adalah bagian dari jobdescnya.

Dan sekarang seluruh teman selantainya di kantor ada di sini. Dengan mimik lucu di wajah mereka, tertawa riang sekali karena Marcel otomatis bengong melihat mereka.

“Halah!! Kaget ya Cel?”teriak Mala, sekretaris tata usaha yang berisiknya minta ampun.

“Selamat ulang tahun yaaa!!” kata David, manager programming yang katanya hari ini tidak bisa datang karena ada urusan mendesak.

Bersama sekian banyak ucapan selamat yang ditujukan padanya.

Marcel membalas dengan tertawa kurang yakin tanpa konsentrasi. Dia berusaha mengingat tanggal. Hey.. ini memang hari ulang tahunnya. Sejenak kemudain dia menghitung, berapa umurnya saat ini. Tepat pada saat itu, seloyang kue ulang tahun muncul lengkap dengan lilin yang menyala.

28.

Aahh… aku sudah 28 tahun.

Iringan lagu Happy Birthday sengaja dinyanyikan dengan fals oleh teman-temannya. Marcel terharu. Tapi tentu saja itu tidak dia tunjukkan terang-terangan. Tidak seperti Rida yang kemarin itu hampir menangis di kantor waktu mereka tiba-tiba memberi hadiah ulang tahunnya. Jam tangan dan tas yang sudah lama dia inginkan.

Lagu Happy Birthday berganti dengan lagu Tiup Lilinnya. Mereka masih tertawa-tawa. Dikelilingi kabel-kabel komputer yang sedang Marcel kerjakan. Marcel melihat sekelilingnya. Teman-temannya yang sudah bekerja bersama selama 3 tahun.

Ah…

Sekali lagi Marcel menghela napas. Lalu langsung dia sembunyikan kekecewaannya.

Dia tidak datang.

Teman-temannya memaksa dia membuat birthday wish. Marcel memejamkan mata dan berharap sekenanya. Tahun depan tetap sehat, naik pangkat, dan cepet kaya. Dia hampir tergoda untuk berharap tentang dia. Tapi berharap apa?

Lilin ditiup dengan sukses. Mati dalam sekejap. Langsung saja lagu berganti. Potong Kuenya. Masih suasana tertawa dan riang. Marcel memotong kue dan mengoleskan sedikit krim di wajah David. Candaan yang biasa di antara mereka.

Tapi ada ruang di hatinya yang tidak tertawa. Ada ruang di hatinya yang terasa sepi.

Beberapa orang mulai menyodorkan hadiah. Tidak banyak karena biasanya mereka urunan untuk itu. Marcel berkata itu tidak perlu (“Ngapain repot-repot?!”) dan dia senang teman-temannya ada di sini (“Lo orang inget aja gue udah syukur!”). Hadiah itu diterimanya dengan uacapan terima kasih.

Beberapa saat, mereka mengobrol tidak jelas. Marcel bertanya ini ide siapa. Yang lain berebutan menjawab dan akhirnya jadi ribut. Belum lagi rebutan kue yang memang tidak besar itu. Tapi tidak ada dia.

Marcel merasa penat.

“Ngerokok dulu yee,” katanya sambil berlalu pergi. Tidak menunggu siapa pun karena memang dia ingin sendiri.

Dia keluar melalui pintu depan, lalu melangkah ke lahan parkir. Menemukan mobilnya dan bersandar di situ.

Sebentar kemudian, rokok sudah terselip di jarinya, asap sudah mengepul di sekitarnya.

Stella. Satu nama di pikiran. Dan mungkin di hatinya? Marcel belum memutuskan.

Marcel baru mengenalnya tiga bulan. Stella, mahasiswa magang yang ceroboh. Stella yang selalu tertawa. Stella yang membuatnya bisa menepikan sejenak cinta tak berbalasnya pada Lani selama tiga tahun. Dan menghilangkannya sama sekali. Tanpa bekas.

Stella yang jujur. Stella yang gemar mendownload manga scan di sela waktu kerjanya. Stella yang…

Aahh… Helaan napas ketiga hari ini.

Padahal menghela napas bisa mengusir keberuntungan jauh-jauh. Satu hal yang sering Marcel sering katakan pada Stella waktu dia mentok menghadapi kerjaan dan atasannya.

Apa keberuntungan memang menjauh dariku hari ini?

Marcel membuang puntung rokoknya ke jalan dan menginjaknya. Menimbang-nimbang untuk mengisap rokok kedua.

Stella yang tidak suka dia merokok karena dia jadi bau rokok.

Tangan Marcel langsung bergerak tangkas mengeluarkan rokok dari kotaknya, lalu pemantik dari saku kemejanya. Toh hari ini dia tidak akan bertemu Stella.

Marcel baru saja akan menyalakan rokok keduanya itu, ketika matanya menangkap sosok yang tidak asing.

Sosok itu baru saja turun dari bus. Mengenakan kaos bergambar lucu, celana jins, dan sepatu ketsnya. Dia berlari-lari kecil, memburu waktu sambil terus mengetik pesan di ponselnya.

Ups.. dia tersandung. Dia terjatuh dan isi tasnya berhamburan. Rupanya dia belum meresleting tasnya setelah mengeluarkan ponsel.

Dasar ceroboh, pikir Marcel. Tertegun karena sejak melihat sosok itu dia belum berpikir. Hanya perasaannya makin membumbung tinggi.

Dengan cepat pula, Marcel menyimpan rokok dan pemantik di sakunya, dan berjalan cepat ke arahnya. Sosok yang sedang mengumpulkan barang-barangnya yang bertebaran di jalan.

“Makanya kalau jalan liat-liat. Jangan SMSan terus.” Katanya singkat dengan nada galak bercanda yang khas dirinya.

“Pak Marcel!” Sosok itu mengangkat kepalanya terkejut. Wajahnya memerah dan tersenyum malu. Mungkin malu ketahuan jatuh. Mungkin karena hal lain. Yang jelas, senyum Marcel makin mengembang menatapnya.

“Hi Stel..” Terima kasih ucapan selamatnya. Terima kasih kamu ada di sini.



P.S. : kasih comment ya buat yang udah baca, makasih ^^





30 Desember 2008

Masa remajaku ke mana aja ya??

Hari ini, seharian browsing dan menikmati blogwalking lagi. Lalu dari keisengan menemukan blog-blog yang dimiliki manusia-manusia muda dengan kedewasaan yang rasanya belum aku miliki.

Jadi pertanyaannya lagi, masa remajaku kemaren ngapain aja???
.
.
.
.
.


Ah...mungkin ini masalah aku yang belum menemukan tempatku di dunia. Aku yang merasa minder dibandingkan mereka. Aku yang belum tahu mau jadi apa. Aku yang belum tahu besok mau ngapain aja. Aku yang seharian di depan komputer, lupa makan, belum mandi.

Untungnya, aku tahu apa yang bakal kulakukan jam 9 nanti. Nonton Grey's Anatomy, dilanjutkan Desperate Housewives. Mandi kalau sempat.




cape deh....hihihi....


kunjungi
http://simplyiyo.com
http://alandakariza.wordpress.com

it's simply fun...^^



Menyambut 2009 ^^

Tahun 2009. Satu lagi pergantian tahun. Dan lagi-lagi masih single. Hahaha... Tahun baru kali ini agak lain rasanya. Tanggal 1 Januari sepertinya bakal lewat begitu saja. Tanpa dorongan membuat resolusi seperti tahun-tahun sebelumnya, yang juga belum tercapai. =p

Tapi tahun 2008, tahun ini. Wow... Tahun ini bukan tahun yang akan dengan mudah aku lupakan. Karena di tahun ini, ada sedikit pencerahan dan pengenalan ke si Aku yang sebenarnya. Terutama 6 bulan terakhir.

Enam bulan pertama, hidup rasanya lancar-lancar saja. Happy, fun, name it. Dalam enam bulan itu, hidupku rasanya hanya berputar masalah perkuliahan, radio, kuliah lagi, siaran lagi, kadang main sama teman, biasa, datar.

Di enam bulan terakhir inilah, aku dapat banyak pelajaran. Dan sadar, betapa egoisnya manusia yang namanya Fenny ini. Juga beruntung.

Liburan bulan Juni-Juli-Agustus, memutuskan untuk cari kerjaan. Sekedar iseng sambil cari pengalaman tambahan. Tentunya yang masih berhubungan dengan dunia desain interior. Dan dapatlah kerjaan di salah satu perusahaan sebagai staf magang yang ngurusi bikin gambar kerja ini itu. Awalnya asik, ada kerjaan gambar ini dan itu. Pernah juga sekali diajak ke pameran ma manajer plus ditraktir makan. Hehehe....Tapi kok...lama-lama bosan yaa...gimana ngga bosan kalau ada sehari penuh ngga ada kerjaan, bukan sekali, bukan dua kali, bisa seminggu begitu, pas manager lagi ke Amerika buat survey proyek baru. Dan karena tidak bisanya diri ini membagi waktu, tugas kuliah jadi tidak selesai. Tugas kelompok yang dimandatkan ke orang lain ngga beres-beres. Baru sadar ketika Ujian Tengah Semester. Dan ujung-ujungnya... stres, banget.

Maka berhentilah dari pekerjaan itu di bulan Oktober, terhitung tepat tiga bulan sejak mulai 1 Agustus 2008. Tanpa sempat ketemu langsung dengan manajer saking sibuknya dia setelah pulang dari Amerika. Jadi tak enak hati.

Hikmahnya, aku jadi kenal internet, dan blog. Fasilitas internet gratis di kantor =p. Masih inget d pertama kalinya chatting pake YM! Please d...noraknya. Belum lagi pas ketemu emo2 lucu di MSN. Hahaha.... Tapi yang bikin lebih takjub lagi soal internet yang selama ini aku belum tahu...blog. Dulu aku pernah punya blog sebelum ini, tapi aku baru tahu kalau blog itu jumlahnya milyaran di dunia. Dan beberapa dari itu, rasanya seperti harta karun yang baru kutemukan.

So...Perkenalan dengan blog-blog itu akhirnya mendorong aku membuat satu. Kemudian aku membawa masuk internet ke rumahku. Jadilah aku salah satu Manusia Milenium (pinjam istilah dari Supernova-Petir karangan Dee). Dan pastinya blog ini tidak akan sia-sia seperti blog terdahulu.

Makin banyak membaca blog orang lain membuat perspektifku makin luas. Oh...ada yang begini, ada yang begitu. Walaupun sekarang, perluasan perspektif itu masih belum kuterapkan, baru sekedar tahu. Dan pastinya, membuat aku jadi mengenal orang-orang ini, yang sebelumnya mungkin hanya kutahu lewat namanya saja. Atau mungkin dari tidak kenal jadi kenal, yang kenal malah pura-pura ngga kenal. Hahaha...

Dan...bertengkar. Dengan teman. Sebelumnya percakapan ini menghantui setiap hari, antara aku dan aku. Gila lo Fen, ma temen sendiri aja kok gitu banget?! Habis gimana dunk? Dianya juga begitu, maunya enak aja, tapi kalau dijelasin ngga ngerti, cape deh... Tapi kan bukan maunya dia begitu, dari sononya gitu. Terus jadi gw yang harus nanggung semua ke"sono"annya itu, susah dunk, masa mau gw terus yang cape ngerjain semua kerjaannya. Udah ah, tar lo nyesel sendiri lho ngomong begitu terus.

Pada akhirnya, ketika semua kekesalan itu aku tumpahkan ke orangnya, aku menyesal. Tapi setelah penyesalan itu hilang, aku kesal lagi. (penyesalan-kekesalan-baru sadar kok berima =p) Seperti lingkaran setan jadinya. Dan yang bisa membuat aku lepas dari itu hanyalah lepas dari dunia perkuliahan, yang artinya aku harus menunggu sampai UAS selesai.

Dan dengan teman yang lain, yang awalnya aku tidak mengerti kenapa dia sampai begitu marah padaku, lalu gantian aku yang sebal, ngga ada angin atau hujan kok nih anak main ngomel sembarangan. Sakit hati. Dan itu yang melatarbelakangi beberapa posting pertama di blog ini. Campuran marah, benci, kecewa, sedih, malu, bersalah. Dan kelanjutannya...semua sama tapi tak sama seperti sebelumnya.

Masalah berantem ini pun membawa pencerahan baru. Karena aku yang begitu menyebalkan ini, dan sangat tidak peduli sama orang lain selain aku sendiri, ternyata memiliki tempat untuk pulang. Keluargaku tersayang. Hihihi... Wahai teman-temanku, ketahuilah...busuk-busuknya aku yang baru kelihatan belakangan ini (secara dah males banget jadi anak baik-baik) sudah jadi santapan keluargaku kalau aku lagi khilaf. Tapi papa mamaku, walaupun setelah berteriak-teriak balas teriak, selalu memaafkan, dan melupakan. Makin sayaaannnnggg d. Hehehe...

Selain itu, satu lagi yang membuat muak di tahun ini adalah...dunia desain interior. Pembimbingku yang terakhir semester ini, berhasil membuat aku muak. Tepatnya, merasa salah pilih jurusan, kurang bakat, males kuliah lagi, dan males mikirin semester depan harus cari kerja praktek. Sekarang ini, sedang berusaha menggali semangat setengah tahun lalu, untuk mengambil skripsi barengan kerja praktek, yang untungnya tidak jadi, kalau mengingat level kemalasanku sekarang.

Dan itulah...kenangan yang tersisa dari tahun 2008. Serta seminggu terakhir yang rasanya seperti pembalasan atas setengah tahun ini, berisi jalan...jalan...jalan...happy...walaupun ada betenya sedikit...tapi tak apa...ketemu teman SMA dan saudara mank ngga ada matinya...apalagi setelah kekacauan sepanjang setengah tahun terakhir.

Jadi tahun 2009, gimana?

Belum punya rencana tuh. Masih mau santai...santai...tidur....jalan...tidur...



Happy holiday...
Happy New Year...
Happy...

18 Desember 2008

Dia pergi...

Tidak ada kata yang cukup untuk menjelaskan...campur aduknya perasaanku ketika tahu...dia tak ada lagi...

Aneh. Kematian itu aneh. Aku tidak pernah menghadapi kehilangan ini. Awalnya, aku hanya bisa diam...pura-pura lupa...dan hidup seperti biasa.

Lalu kenangan itu muncul satu persatu. Berlintasan di kepala seakan baru terjadi kemarin.

Dia yang selalu ada. Dia yang ramah pada setiap orang. Dia yang selalu dapat diandalkan. Seorang teman...

Dia yang berdedikasi pada setiap tugasnya. Dia yang memberi inspirasi pada setiap orang yang ditemuinya. Dia yang tidak pernah menyerah. Seorang juara...

Kesadaran itu perlahan-lahan muncul, sadar kalau dia tidak ada lagi, tidak lagi bersama dengan kami menjalani hidup ini...dia telah pergi...

Aku memahami.

Dan aku menangis.












Terima kasih untuknya yang telah berada di sana...
Karena pernah hadir di tengah kami...



*untuk mengenang
Ricky Andriady Setiawan, seorang teman, seorang juara
(15 Januari 1987 - 16 Desember 2008)


13 Desember 2008

Momen itu...

Aku sedang ingin mengejarnya...
Momen itu...yang sepi dan sendiri itu...
Saat aku diam dan termangu
Tanpa ada kewajiban yang harus dilakukan
Atau hak-hak untuk dikejar
Hanya diam dan menyandarkan punggungku
Menyesap teh susu hangat, menikmati hujan, dan menuliskan hidupku
Ketika aku berpikir bukan karena aku harus berpikir
Dan menenggelamkan seluruh diriku dalam saat itu, momen itu...
Aku berlari mengejarnya, tertatih-tatih, jatuh dan bangkit lagi
Sambil berharap, saat itu masih ada untukku

01 Desember 2008

Kemenangan Hati dan Pikiran

Seminggu aku terpuruk
Tenggelam dalam dasar hati sendiri
Jatuh dalam penyesalan mendalam
Karena satu hal
Kubiarkan dia merendahkanku

Tapi kini aku tahu
Bahwa kumampu dan kubisa
Walau dalam segala keterbatasan
Aku sanggup melebihi ekspetasimu
Dan tidak akan lagi kubiarkan
Manusia lain sepertimu merendahkanku

Aku kini bangkit
Dari mimpi buruk yang kuakibatkan sendiri
Kekecewaan akan diri yang tak berujung
Lupakan!
Tidak akan ada lagi aku yang lemah
Aku yang termehek-mehek ingin minta persetujuanmu

Ini aku, suka atau tidak
Terserah kau mau menilai apa
Aku tak lagi peduli

30 November 2008

Racun Waktu

Terbalik...
Sore jadi pagi
Senja jadi siang
Malam jadi sore
Dini jadi senja
Pagi jadi malam
Siang jadi dini
Sore...
Senja...
Malam...
Dini...
Pagi...
Siang...
Sore...
...
..
.
.
.
.
Waktu...
Racun...

27 November 2008

Ketika bersedih...

Terdiam
Linglung
Marah
Melayang
Pikiran kacau
Hati berkhianat
Tubuh merinding, meringkuk, lemas
Dingin
Air mata mengalir, sedikit membasahi bantal, tapi hati kebanjiran
Perih
Sakit
Sialan...!!
Cepatlah berlalu
Agar aku kembali jadi aku


*terinspirasi dari...

You are not what you seem to be in moments of sadness.
You are better than that.


-Paulo Coelho-

21 November 2008

Aku Ada...

Melukiskanmu saat senja.
Memanggil namamu ke ujung dunia.
Tiada yang lebih pilu. Tiada yang menjawabku.
Selain hatiku dan ombak berderu.

Di pantai ini kau s'lalu sendiri.
Tak ada jejakku di sisimu.
Namun saat kutiba. Suaraku memanggilmu.
Akulah lautan. Ke mana kau s'lalu pulang.

Jingga di bahuku. Malam di depanku.
Dan bulan siaga sinari langkahku.
Ku terus berjalan. Ku terus melangkah.
Kuingin kutahu. Engkau ada.

Memandangimu saat senja.
Berjalan di batas dua dunia.
Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu.
Selain hatiku. Andai engkau tahu.

Di pantai itu kau tampak sendiri.
Tak ada jejakku di sisimu.
Namun saat kau rasa. Pasir yang kau pijak pergi.
Akulah lautan. Memeluk pantaimu erat.

Jingga di bahumu. Malam di depanmu.
Dan bulan siaga sinari langkahmu.
Teruslah berjalan. Teruslah melangkah.
Kutahu kautahu. Aku ada.


Dewi Lestari ft. Arina Mocca
Rectoverso


*
Aku ingin jadi lautan...
*Aku ingin bertemu lautan...

19 November 2008

Hujan...


Aku melihat tetesan air mata langit
Jatuh dan tergenang di bumi
Sebelum bergerak ikut gravitasi

Aku mendengar gemericik air
Saat dia menyentuh permukaan
Dan memainkan sebait simfoni

Aku menghirup sensasinya
Lembab dan basah
Bersama sekejap kesedihan yang dia bawa

Aku menyentuh dunia itu
Dan aku ingin hanyut
Agar dunia itu tak hanya tersentuh
Tapi terasa

18 November 2008

Sakitku dan Senyummu

Sakitku...perih dan pedih...terasa di seluruh ragaku.
Tidurku terlewati, mimpi terlupakan.
Semua demi melaksanakan yang kamu mau.

Tapi pagi ini, setelah penat melalui perjalanan jauh dan berliku...
Aku melihat senyummu, dan sekejap lelahku terangkat.
Kau begitu bahagia melihatku, dan pekerjaanku tentunya.
Maka aku ikut bahagia, karena kutahu yang kulakukan berarti.

Sayang...penatku kembali lagi di siang hari.
Bersama seluruh sakit di ragaku.
Walau tidak lagi sepenat pagi.

Sing with me...

Little alien in the dark
Wonder why she's glowing bright
Like the little children eyes
When they play with dragonflies

Little alien in the dark
Wonder why she's glowing bright

Music : Twinkle Twinkle Little Star
Lyrics : fny_w

17 November 2008

Teman?Ku?

Sekarang ini aku sedang merasakan perasaan benci pada diriku sendiri. Kenapa?

Karena aku iri pada temanku.

Iri. Cemburu. Sirik. Sebut saja...karena itu memang yang sedang kurasakan.

Baru saja blogwalking ke beberapa blog teman lama, melihat-lihat profil Friendster, dan perasaan itu muncul begitu saja.

Aku iri karena hidup mereka rasanya lebih menarik daripada aku.
Aku iri karena mereka punya tujuan hidup yang jauh lebih jelas daripada aku.
Aku iri, terutama karena mereka begitu menghargai sahabat mereka.
Dan karena sahabat mereka mencintai mereka.

Aku (dan selalu Aku) terlalu egois untuk menghargai sahabat-sahabatku. Ataukah pernah mereka kuanggap sahabat? Perasaan itu...aku tidak mengerti.

Aku (lagi-lagi Aku) tidak mengerti bagaimana merasakan cinta. Walaupun seseorang begitu berarti untukku. Aku hanya tidak tahu, tidak mengerti.

Tapi Aku (siapa Aku??!!) ingin dicintai, ingin dihargai, ingin diperhatikan.

Perasaan ini tidak berujung.

Hei...kau yang kuanggap sahabat.
Maaf kalau aku sempat meragukanmu.
Maaf tidak berbuat yang terbaik untukmu.
Maaf karena melupakan...kau memang yang terbaik.

07 November 2008

Apa perasaan itu masih di sana?

Minggu lalu aku sakit hati, terluka, berdarah
Minggu ini aku tidak yakin
Si sahabat bilang begini
*melalui messenger yang sudah tidak aku percaya sebagai pembawa pesan
Katanya
Pertengkaran ini mungkin adalah sebuah fase
Karena sebentar lagi kami lulus
Dan tidak akan bertemu sesering sekarang
Supaya kami tahu, bagaimana rasanya bertengkar, marah satu sama lain
Dan dia minta maaf
Untuk semua shout out yang dilontarkannya

Aku tidak membalas
Sederhananya, aku tidak ingin membahas itu lagi

Aku tidak yakin apa itu benar
Mengenai fase-fase yang harus kami lewati
Mungkin iya karena memang selama ini kami tidak pernah sampai seperti ini
Aku memaafkan dirinya
Dan aku memaafkan diriku
Tapi aku tidak yakin
Apa perasaan itu masih di sana?

Aku masih bertemu sahabat
Kami bercanda dan tertawa
Tapi ada sesuatu yang telah hilang
Aku jadi berhati-hati
Dan aku menghindar

Aahh... aku bingung
Kenapa kini aku yang mempertanyakan?
Kenapa kini aku yang ingin meninggalkan?
Perasaan itu terganti rasa bersalah lain
Yang selalu datang mengusik tak mau pergi
Bersalah karena tidak dapat menjawab pertanyaannya
Apakah kita masih teman?

01 November 2008

Surat untuk Sahabat

Dear Sahabat,
Sulit rasanya untuk mengatakan ini semua langsung kepadamu. Karena sekarang kamu benci aku. Itu tak mengapa karena memang salahku. Tapi sungguh sayang kalau hatimu yang baik bagai malaikat kini penuh kebencian.

Aku ingin mengatakan, sungguhlah kekanak-kanakan karena kebencianmu tidak langsung ditujukan padaku. Tapi kamu membunuhku pelan-pelan lewat shoutout di Friendster-mu serta Personal Message di MSN Messenger. Kau teriakkan ini dan itu yang bahkan aku tidak mengerti sampai aku mendengarnya dari orang lain. Hingga ingin aku berteriak keras-keras dan membalas, siapa kamu dan apa yang kamu lakukan terhadap sahabatku?!

Ingin kuberitahu padamu, ketika personal message ku berkata bullshit, percayalah itu bukan ditujukan padamu, hanya kepada kehidupanku pada umumnya. Kupikir tidak perlu kujelaskan waktu itu karena kuyakin kau mengerti.

Ketika aku berkata "berpikir 3x", yang kumaksudkan adalah aku memang berpikir 3x ketika aku akan berpikir negatif tentangmu. Terus menerus meyakinkan diriku, ah pasti dia punya alasan lain.

Ketika aku mengatakan aku kecewa, aku sungguh-sungguh. Tapi apa hakku mengubah pikiranmu? Toh pikiran manusia adalah hak masing-masing tiap pemiliknya.

Dan aku sakit hati. Sungguh. Hingga ke lapisan paling dalam. Karena tidak menyangka. Tidak menduga. Maafmu sudah habis untukku.

Karena itu, sekarang ingin sekali kutanyakan padamu. Apa yang kauinginkan selanjutnya? Karena sejujurnya, aku lelah bersahabat dengan seseorang yang kini mengecamku dari dasar hatinya. Aku menginginkan engkau yang dulu yang selalu ada dan mengerti. Tapi mungkin ini karena tiap manusia berubah, aku berubah, kau juga.

Aku bertanya, mau dibawa ke mana persahabatan kita selama 6 tahun? Apakah ingin kau pertahankan? Atau ingin kau hempaskan? Terserah. Aku akan sangat terluka. Karena aku lebih membutuhkanmu dibandingkan kau butuh aku. Aku akan berdarah-darah. Tapi aku tidak akan menangis. Aku tidak akan mati. Aku akan terus hidup.

Tangisanku tentangmu tidak pernah tangis kesedihan, wahai sahabat. Karena aku hanya menangisi rasa syukurku karena pernah mengenalmu. Mungkin memang waktunya jalan kita bercabang sekarang. Tapi rasa syukur ini karena bersamamu sama sekali tidak akan kulupakan. Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih. Dan sekali lagi maaf, karena aku belum bisa menjadi sahabat terbaik untukmu.

-fny_w-

Kecewa

Hancur...
Rasanya baru sadar dan menyesal
Tapi perasaan yang paling menghantui adalah kekecewaan
Aku tahu ini tidak mudah
Hanya saja...
Setelah sekian lama...
Apakah aku masih harus mengemis maaf?
Dari seseorang yang kuanggap teman terbaikku
Dan dia juga yang langsung berpikir buruk tentangku
Dan dia juga yang mengumumkannya pada seluruh dunia

Hebat...
Kau memang hebat...
Baru saja kupikir semua sudah selesai
Kau ungkit yang lalu dan kobarkan amarahmu sendiri
Ya. Kau marah padaku
Tapi bukannya kau tujukan langsung padaku
Kau diamkan dan pendam untuk orang lain
Kau hanya tinggalkan aku sendiri
Tanpa aku mengerti

Aku punya banyak kekurangan
Yang kupikir kau mengerti
Tapi ternyata tidak
Karena aku tidak mengenal dirimu yang kini
Dan rupanya kau sudah mengambil keputusan
Aku ini tidak ada apa-apanya untukmu

Kau tahu...
Langit meneteskan air mata yang tidak dapat mengalir
Begitu sulitnya membiarkan diriku menangis
Karena dibandingkan sedihku
Kecewaku telah menghancurkan hatiku
Berkeping-keping sampai tak bersisa
Aku kecewa...
Padamu...
Padaku...

31 Oktober 2008

Sahabat yang kumau

Sahabat yang akan selalu ada
Sahabat yang akan mengerti
Sahabat yang akan membuatku mengerti
Sahabat yang tidak meninggalkan
Sahabat yang tidak akan memaksaku meninggalkan
Sahabat yang mau mendengar
Sahabat yang mau membuatku mendengar
Sahabat yang tahu bahwa apa pun yang kukatakan dan kulakukan
dia tetap yang terbaik di hati
Sahabat yang menyadari, bahwa di balik keegoisan dan keterusterangan ini
ada kelemahan yang tersimpan di lubuk hati
Sahabat yang tahu bahwa dialah yang kubutuhkan dan bukan yang lain

Baru kusadari
Dia bukan kamu

26 Oktober 2008

Hadiah Ulang Tahun

Baru kemarin ini, ada teman kantor yang dapat hadiah kejutan. Si ibu muda nan cantik biar sudah punya satu anak rupanya baru ulang tahun beberapa hari yang lalu-yang mahasiswa magang kaya gw ngga perlu repot-repot dikasih tau =p - Ceritanya, si teman ini diajak ngobrol sama teman yang lain di ruangan lain(yang kebetulan ruang tempat aku bekerja secara ruangan ini adalah tempat orang-orang nyepi buat ngerokok *sigh*), terus hadiah itu ditaruh di atas meja di depan monitor komputernya. She is a smoker too, though.


Beberapa saat kemudian, akhirnya dia menemukan hadiah itu setelah mengisap entah berapa puntung rokok. Dasar memang orangnya cablak dan agak kekanak-kanakan, dia meloncat-loncat senang dan kembali ke ruangan kami. Tentunya dengan senyum lebar di wajahnya. Berulang kali dia bilang "Ya ampun, ini pasti kerjaan lo yee!!" sama orang-orang di ruangan.

Ngomong-ngomong, memang di ruangan ini, semangat kerjanya sudah menipis mendekati jam setengah enam sore. Dan akhirnya mengundang orang-orang di luar ruangan datang buat sekedar main komputer atau ngobrol.

Yang ngga aku sangka, si ibu mulai menangis saking terharunya. Bukannya menangis menjadi-jadi sih. Cuma si ibu beberapa kali aku melihat dia mengusap matanya, mencegah air mata itu mengalir keluar. Wow... pikirku.

Ternyata, hadiah sederhana yang hasil patungan teman-teman sekantor ini bisa menyentuh hatinya. Dan bukan cuma itu, setelah euforia mendapat hadiah, adegan menyembunyikan tangis, membuka dan mencoba hadiahnya yang berupa blus dan jam tangan, dia terdiam.

Di sudut ruangan tempat mejaku berada, aku memperhatikan dia yang menatap kosong pada layar komputer. Sampai aku bertanya dia sedang melihat apa. Si ibu cuma tersenyum sambil menggeleng sedikit. Dan tahulah aku, dia masih merenungi kejadian tadi, bersyukur atas ulang tahunnya, atas teman-temannya, atas kehidupan. Setelah momen itu, dia kembali jadi dirinya yang biasa.

Kejadian itu meninggalkan bekas buatku. Karena aku ini termasuk orang yang selalu menunda hadiah ulang tahun. Bahkan tidak memberikan sama sekali. Tahun ini aku baru saja memberi kado yang telat 2 bulan setelah 3 tahun tidak memberi kado ultah buat sahabatku. Padahal dia tidak pernah absen tiap tahun. Bikin aku jadi malu sendiri dan bertekad tahun ini harus ngasih.

Dan baru aku sadar. Hadiah itu. Pemberian itu. Sebenarnya nilainya bukan apa benda yang kita berikan kepada si penerima. Tapi ada pada kepedulian kita kepada orang itu. Kepedulianlah yang membuat si ibu menangis dan termenung. Karena ternyata teman-temannya peduli. Kepedulian juga yang mendorong sahabat ngga pernah absen buat ngasih tiap tahun. Lalu di mana kepedulianku??

Pertanyaan yang susah dicari jawabannya. Mungkin aku memang kurang peduli pada dunia. Hanya terus memikirkan diri sendiri. Selalu tentang aku. Aku sadar dan belum tahu cara berubah. *sigh*

Lalu semalam tadi, aku mendengar lagu OST Laskar Pelangi. Sherina-Ku Bahagia. Lagu ini awalnya biasa saja. Reffnya

Walau makan susah
Walau hidup susah
Walau tuk senyum pun susah
Rasa syukur ini karna bersamamu juga susah dilupakan
Oh ku bahagia

Sampai si teman mengasosiasikan dengan kehidupan perkuliahan kami yang agak suram. Dan mengetikkan kalimat rasa syukur ini karna bersamamu juga susah dilupakan. Saya masih bercanda balik, ikut-ikutan mengganti lirik lagu dengan kehidupan kuliah yang 'susah'.

Terus malamnya, saya mengetik ulang kalimat itu sebagai status message di messenger sambil mendengar itu lagu. Tiba-tiba, saya tersedu-sedan. Secara sederhana, lagu itu benar-benar menggambarkan kita berdua. Dan benar-benar mengungkapkan rasa syukur aku karena sudah bersama dia melewati semua ini.

Sejenak, aku berusaha membayangkan. Bagaimana kalau kita ngga ambil jurusan yang sama? Di universitas yang sama? Sama sekali tidak bisa terbayang apa jadinya aku. Dengan siapa aku berada. Bahkan apa yang sedang aku lakukan detik ini.

Dan kalimat itu benar-benar nohok. Meliputi rasa syukur karena dalam susah maupun senang, dia selalu ada.

Dedicated to my bestfriend ever. Karena rasa syukur ini karna bersamamu sama sekali ngga akan gw lupakan.