Melangkah pulang sendiri keluar dari kantor, ada pikiran yang menyusup di kepala. Ini hari terakhir, dan rasanya seperti menonton sebuah episode terakhir. Dan mungkin, seluruh pengalaman kerja ini bisa diibaratkan drama yang singkat.
Perkenalan pertama kali, malu-malu, mencoba menempatkan diri, mengenal karakter, membiasakan ritme. Seperti menonton episode pertama, ketika tokoh-tokoh diperkenalkan, siapa yang baik, siapa yang jahat. Ketika segala sesuatu belum terasa pas, gaya pakaian, model rambut, rasanya masih ada yang kurang.
Lalu kita mulai terbiasa, datang setiap pagi, makan siang, lalu pulang. Seperti suatu kesatuan yang tidak bisa lepas. Dan konflik terjadi, pertengkaran, kegagalan, kesedihan. Tentunya ada juga saat-saat jenuh, bosan, ingin pergi saja. Tapi kita tetap di situ. Seperti terus menonton drama yang membosankan karena kita berharap mungkin tokoh utama akan berbuat sesuatu, mungkin mereka akan melawan, mungkin...
Kerja praktek ini pun harus berakhir dengan cerita, episode yang tak harus berupa klimaks, tapi menjadi penutup.
Masuk kerja di pagi hari, sedikit telat seperti biasa, dan hari ini, semua orang akan pergi meeting, meninggalkan aku sendiri di kantor.
Rasanya sedikit sedih, ketika hari terakhir harus sendiri. Tapi kemudian, terjadi hal yang lebih tidak terduga, di saat aku berpikir tidak ada lagi yang mendesak untuk dikerjakan, klien meminta printout ini dan itu, kemudian ada masalah dengan bagian lain yang mengharuskan aku merevisi gambar dan lain-lain.
Sendirian, aku berusaha pelan-pelan menyusun gambar agak tidak salah, merevisi dan membagi mana untuk klien, mana untuk bagian lain, ini dan itu. Kemudian, lagi-lagi menghadapi masalah. Printernya ngadat. Argh....!
Tapi temanku pulang satu per satu. Yang pertama pulang setelah melakukan survey seharian, makan, lalu menemaniku ngobrol, membantuku mengedit gambar, dan pulang lebih dulu karena ditunggu pacarnya. Setelah dia pergi, yang lain pulang, menemaniku ngobrol, dan curhat. Obrolan yang tidak mungkin terjadi kalau kita tidak cuma berdua. Hahaha... Rasanya senang sekali. Setelah itu, dia juga pulang lebih dulu karena ditunggu mamanya.
Jam7 malam (ya betul, lembur di hari terakhir, seharusnya pulang jam3, hahahaha...), selesai. Mematikan semua komputer, membereskan meja, lalu mengucapkan terima kasih ke bos. Aku melangkah keluar dan menutup pintu.
Saat itulah, rasanya ingin menangis. Aku harus pergi. Sambil berjalan, aku memikirkan tentang episode terakhir ini. Andaikan tidak ada pekerjaan dadakan yang mendesak itu, aku tidak mungkin ngobrol dengan teman-temanku sedekat itu, dan yang jelas, tidak akan menghayati perpisahanku dengan kompleks itu. Aku bisa mengucapkan selamat tinggal kepada kantor selama ini aku bekerja, kepada anjing favoritku yang masih menyalak kalau melihatku, kepada jalan yang mungkin tidak akan kulalui lagi.
Ini penutup yang sama sekali berbeda dari yang aku perkirakan, tapi benar-benar jauh lebih baik. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar