Kelemahanku dalam menulis, aku tidak bisa menulis tentang suatu tema. Sebenarnya ada banyak yang mau dibahas, banyak yang mau diceritakan, tapi entah kenapa tiap sampai tengah pasti terhenti. Antara kepanjangan, ngga jelas, makin ngga nyambung, ngga tahu mau nulis apa lagi, dan kadang merasa topik itu tidak menarik lagi.
Kelemahan ini juga aku rasakan waktu sedang mendesain. Suatu proyek yang direncanakan dari awal semester bisa berubah total wujudnya pada akhir semester. Perkembangan dalam proses desain sampai UTS lalu berganti ketika UAS. Akibatnya, bergadang berhari-hari demi menyelesaikan tugas. Seringkali, perubahan-perubahan inilah yang menjadikan proses desainku tersendat-sendat (apalagi ditambah faktor malas =P)
Apa yang salah? Itu sering kutanyakan. Dan waktu mengetik ini, aku sedikit mengerti. Mungkin jawabnya, yang kurang dariku itu adalah ketetapan hati.
Bukan. Bukan sekedar mood yang berubah. Tapi ketiadaan prinsip-prinsip dalam diriku yang jadi pegangan hidup. Hal-hal yang sederhana bisa jadi sangat pelik buatku karena panduan rel yang menuntun seperti selalu terbelah, bercabang, dan tidak jelas arahnya. Kadang aku bisa menjawab A, kadang B. Semua serba tergantung. Tergantung situasi, tergantung perasaan, tergantung dengan siapa.
Kalau sedang mengerjakan tugas, tergantung waktu yang ada, dosennya siapa, teman sekelompoknya siapa, dan lain-lain. Menulis posting tentang suatu tema pun, bahasanya bisa ngga nyambung sana sini, ini dikaitkan dengan itu, sampai akhirnya intinya hilang. Bahkan pada situasi yang paling aneh, rasanya ada "aku" yang berbeda di tiap lingkaran pergaulanku. "Aku" yang begini, yang mungkin seratus delapan puluh terbalik dengan "aku" yang begitu. Dan pada akhirnya, aku bingung, sebenarnya sifat asli gw itu gimana sih??
Kontradiksi ini sudah lama kurasakan. Sampai rasanya aku jadi "sakit".
Aku "sakit" karena iri habis-habisan pada orang-orang yang sudah tahu mau menjalani hidupnya seperti apa, dan hidup dengan "penuh".
Aku "sakit" karena saat ini aku berjalan tak tentu arah, atau malah jalan di tempat.
Aku "sakit" karena kontradiksi ini seringkali menjauhkan aku dari keluarga, sahabat, teman, dan manusia lain.
Aku "sakit" mungkin hanya karena sedang menuliskan ini.
Dan aku bingung lagi, mau bagaimana menutup tulisan ini.
*Jeng, error lagi nih gw. Halah...Halah...
2 komentar:
pertempuranmu lumayan dahsyat juga. Melibatkan sepasukkan prinsip yang mangkir entah kemana. Lalu ribuan cavaleri keraguan juga stuck dalam satu formasi yang tidak jelas pula. Dan yang mungkin lagi kocarkacir adalah 'teliksandi2' kreatifmu yang jelas tertawan kesibukkan. si ratu perang belum bicara strategi, tunggu saat itu datang dan bubar semua, atau setiap waktu menyintas keputusan2 tak jelas. Dan perangpun dimulai
tabiek
senoaji
cari tanahmu, dan tumbuhlah kokoh disana..
apapun bentuk anginnya, kau kan tetap kokoh..
berdiri, menjulang tinggi, tegap, dan sombong,,
tetap setiap meneduhi kaum yang kepanasan, memberi buah bagi kaum yang kelaparan, memberi rumah bagi burung2, memberi oksigen pada kehidupan umat.
kmu cuma perlu mencari dimana tanahmu..:)
gud luck!
Posting Komentar