Damn...
Kalau si sanguin dalam diriku ini sudah melewatkan tahun baru tanpa tujuan dan to do list di tahun baru ini, ternyata si melankolis...eh koleris...tapi kayanya... melankolis ini belum mau melepaskan momen itu begitu saja. Mungkin gara-gara itu, tanggal 1 Januari 2009 malam, aku merasakan ketakutan itu lagi.
Takut seperti apa?
Bayangkan kamu bermain wahana Kora-kora di Dunia Fantasi, Ancol. Duduk paling ujung. Dan ayunan perahu raksasa itu berada di titik tertinggi. Sembilan puluh derajat.
Napasmu tertahan. Jantungmu berhenti sedetik. Lalu jatuh. Dan sensasi itu terasa di perutmu, membuatmu tidak punya pilihan lain selain berteriak sekencang-kencangnya.
Sensasi itu, adalah segalanya di wahana Kora-kora. Tergelitik seperti tidak ada kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya. Sensasi itu, rasa takut itu.
Lalu kalikan sepuluh, bahkan seratus.
Itulah rasa takut yang kurasakan.
Aku sendiri tidak pernah takut naik Kora-kora. Selalu ingin duduk paling ujung, karena aku mengejar sensasi itu. Tapi kali ini, perasaan itu sungguh berbeda. Ketika naik perahu raksasa itu, aku tidak pernah sedikit pun meragukan keamanannya. Biarpun aku diputar 360 derajat, tetap saja aku bakal naik. Tidak ada keraguan sama sekali.
Tapi bagaimana dengan ketakutan yang kurasakan ini? Sumpah, aku tidak tahu bagaimana menghadapinya sama sekali. Ada keraguan di setiap langkah. Apa ini benar? Apa ini salah? Dan aku kemarin menyimpulkan, bagaimana menumbuhkan keberanian di hati ini, kalau yang kutakuti tidak berwujud?
Semangatku habis. Nyaliku ciut. Sisa keberanianku habis ketika aku merasakan hal ini terakhir kali. Dan tidak pernah menyangka (atau mungkin sebenarnya aku sudah memperkirakan ini?) kalau aku akan merasakan ketakutan itu lagi. Yang pada apa juga aku bingung. Aku tidak tahu. Nah lhoo....
Aku belum menyimpulkan. Untuk sekarang, rasa takut itu masih bisa kusembunyikan di sudut kecil hati. Yang pada waktunya nanti, akan kuhadapi dengan perasaan bulat seperti menelan bola, atau muncul tiba-tiba sehingga mau tidak mau harus kuhadapi, siap tidak siap.
Halah...paling juga cuma PMS.
--Jaya
P.S. : Jaya itu, tokoh yang baru kuciptakan untuk menjelaskan hal-hal yang tidak terjelaskan. Namanya diambil dari dua suku kata di ujung namaku karena belum kepikiran yang lain. Dia cowo. Biar seru aja. =p
P.P.S. : Si cetak miring, itu aku, yang agak meragukan kewarasannya sekarang. Hahaha....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar