01 November 2008

Surat untuk Sahabat

Dear Sahabat,
Sulit rasanya untuk mengatakan ini semua langsung kepadamu. Karena sekarang kamu benci aku. Itu tak mengapa karena memang salahku. Tapi sungguh sayang kalau hatimu yang baik bagai malaikat kini penuh kebencian.

Aku ingin mengatakan, sungguhlah kekanak-kanakan karena kebencianmu tidak langsung ditujukan padaku. Tapi kamu membunuhku pelan-pelan lewat shoutout di Friendster-mu serta Personal Message di MSN Messenger. Kau teriakkan ini dan itu yang bahkan aku tidak mengerti sampai aku mendengarnya dari orang lain. Hingga ingin aku berteriak keras-keras dan membalas, siapa kamu dan apa yang kamu lakukan terhadap sahabatku?!

Ingin kuberitahu padamu, ketika personal message ku berkata bullshit, percayalah itu bukan ditujukan padamu, hanya kepada kehidupanku pada umumnya. Kupikir tidak perlu kujelaskan waktu itu karena kuyakin kau mengerti.

Ketika aku berkata "berpikir 3x", yang kumaksudkan adalah aku memang berpikir 3x ketika aku akan berpikir negatif tentangmu. Terus menerus meyakinkan diriku, ah pasti dia punya alasan lain.

Ketika aku mengatakan aku kecewa, aku sungguh-sungguh. Tapi apa hakku mengubah pikiranmu? Toh pikiran manusia adalah hak masing-masing tiap pemiliknya.

Dan aku sakit hati. Sungguh. Hingga ke lapisan paling dalam. Karena tidak menyangka. Tidak menduga. Maafmu sudah habis untukku.

Karena itu, sekarang ingin sekali kutanyakan padamu. Apa yang kauinginkan selanjutnya? Karena sejujurnya, aku lelah bersahabat dengan seseorang yang kini mengecamku dari dasar hatinya. Aku menginginkan engkau yang dulu yang selalu ada dan mengerti. Tapi mungkin ini karena tiap manusia berubah, aku berubah, kau juga.

Aku bertanya, mau dibawa ke mana persahabatan kita selama 6 tahun? Apakah ingin kau pertahankan? Atau ingin kau hempaskan? Terserah. Aku akan sangat terluka. Karena aku lebih membutuhkanmu dibandingkan kau butuh aku. Aku akan berdarah-darah. Tapi aku tidak akan menangis. Aku tidak akan mati. Aku akan terus hidup.

Tangisanku tentangmu tidak pernah tangis kesedihan, wahai sahabat. Karena aku hanya menangisi rasa syukurku karena pernah mengenalmu. Mungkin memang waktunya jalan kita bercabang sekarang. Tapi rasa syukur ini karena bersamamu sama sekali tidak akan kulupakan. Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih. Dan sekali lagi maaf, karena aku belum bisa menjadi sahabat terbaik untukmu.

-fny_w-

Tidak ada komentar: